Syukur Sebagai Korban
Mazmur 50 : 23
Siapa
yang mempersembahkan syukur sebagai korban,
ia memuliakan Aku
Hari-hari belakangan ini Tuhan menyatakan pada saya untuk
setiap kita sebagai anak-anak Tuhan, lebih banyak mengucap syukur. Mungkin kita
sudah terlalu sering mendengarkan kata “mengucap syukur”. Bahkan seringkali
kata mengucap syukur dipadankan dengan kata “berterima kasih pada Tuhan”. Nah pemikiran
kita selama ini kalau berterima kasih, berarti kita sudah menerima lebih dulu
baru menyampaikan syukur dengan kata thank you, thanks, matur nuwun, hatur
nuhun atau terima kasih.
Tapi perhatikan kalimat firman Tuhan di atas,
mempersembahkan syukur sebagai korban. Kalimat ini sering disebut dengan kata korban
ucapan syukur. Korban ucapan syukur sebenarnya merupakan kedua hal yang kontra
dan saling bertentangan. Korban berarti sesuatu yang menyakitkan saat kita
berikan. Kalau sesuatu itu tidak menyakitkan, maka sifatnya sukarela atau
kolekte. Menyakitkan di sini membuat kita tidak ada pilihan lain. Misalkan, di dompet
hanya tersisa uang satu lembar tapi Tuhan minta untuk menabur pada orang lain.
Makanan yang dibawa tidak banyak tapi harus berbagi pada orang lain, itu
merupakan korban. Beda kalau di dompet masih banyak uang, lalu kita memberikan
pada orang lain atau gereja maka itu seperti kolekte yang sifatnya sukarela.
Saya ingat waktu SMA mengikuti sebuah acara Youth
Conference di sebuah gereja di Surabaya yang diikuti oleh ribuan peserta dari
seluruh Indonesia. Saat itu di gereja sedang diadakan pembangunan rumah doa. Nah
di sela-sela jeda sesi acara, seorang koordinator doa menyampaikan kemajuan
pembangunan rumah doa pada peserta acara. Bahkan setelah presentasi disampaikan
pula bahwa masih diperlukan seian besar dana untuk penyelesaian pembangunan. Setelah
itu peserta diberikan kesempatan untuk menabur bagi pembangunan rumah doa
tersebut.
Saya masih ingat di kantong saya hanya tersisa lima ribu
rupiah saat itu. Saya berpikir kalau uang ini saya berikan, saya pulang tidak
bisa beli minum. Terbayang dalam pikiran saya penjual es legen di pinggir jalan
yang seperti menanti kedatangan saya. Apalagi saat itu ke mana pun pergi saya
masih menggunakan sepeda angin, jadi
mudah sekali lelah karena kepanasan. Namun saat amplop persembahan diedarkan,
ada sebuah suara yang menggema dalam hati saya berkata “Berikan lima ribumu...”. Tidak menunggu waktu lama, sebelum petugas
persembahan makin menjauh saya berikan lima ribu yang cuma satu-satunya itu.
Saat itu saya sudah belajar memberikan korban dengan cara
yang sederhana dan dalam jumlah yang kecil. Saat itu ketika keluar dari gereja
tersebut rasanya lega sekali sudah mengikuti kehendak Tuhan. Tidak cukup sampai
di situ, saat tiba di rumah tak terduga mama saya meminta saya mengantarkan
sesuatu barang ke salah seorang temannya. Anda tahu, mama saya memberikan upah
untuk tugas saya itu uang sebesar lima ribu rupiah. Nah, ternyata Tuhan tidak
pernah berhutang. Dia sanggup mengganti apa yang saya taburkan tadi secara tak
terduga.
Korban kita berikan sebagai sesuatu yang menyakitkan. Tapi
bagaimana dengan ucapan syukur. Kita ingat ucapan syukur seringkali kita
berikan saat segala sesuatu sudah beres, sudah selesai dan kita sudah mengalami
pertolongan. Kami pernah mengadakan ibadah ucapan syukur saat selesai wisuda
untuk gelar S1 saya. Bahkan saat saya sudah selesai resepsi pernikahan di
Madiun, minggu berikutnya kami mengadakan ibadah ucapan syukur di rumah kami di
Surabaya.
Lalu bagaimana dengan korban ucapan syukur. Korban ucapan
syukur artinya kita memberikan ucapan syukur dalam keadaan yang menyakitkan. Apa
maksudnya, ucapan syukur tersebut kita berikan saat kita belum menerima
penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Korban ucapan syukur kita naikkan
saat doa kita belum dijawab, saat kita mengalami kesesakan, ketika segala
sesuatunya masih buntu dan belum ada jalan terang di situ kita menaikkan ucapan
syukur maka kita sedang mempersembahkan korban ucapan syukur.
Bagaimana mungkin berterima kasih sementara segala
sesuatu masih dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Di situ Tuhan sedang
menguji hati kita, bahkan dikatakan siapa yang mempersembahkan syukur sebagai
korban, ia memuliakan Aku. Kita memuliakan Tuhan ketika kita menaikkan korban
ucapan syukur. Korban ucapan syukur merupakan langkah iman yang tidak mudah,
tapi Tuhan suka untuk kita melakukannya.
Bisakah ketika penyakit masih menggantung di tubuh kita,
hutang masih menumpuk dan belum tahu kapan bisa bayar, atau ketika masalah
rumah tangga masih buntu dan tidak tahu kapan bisa selesai, saat kita masih
disalah mengerti oleh orang dekat. Lalu kita mengangkat tangan dan berkata “Terima kasih Yesus, terima kasih Yesus..ku
bri syukur hanya bagiMu ya Allahku ya Tuhanku...”. Ketika kita mampu
melakukannya, kita sedang berjalan dalam jejak langkah iman yang tidak mudah
untuk dilalui. Kalau menaikkan syukur saat semua hal sudah tersedia, mohon maaf
banget, semua orang juga bisa. Orang dalam keyakinan lain malah lebih jago. Tapi
yang terbaik adalah ketika kita mau menaikkan syukur sebagai korban.
Kita mempercayai kebaikan Tuhan sebenarnya justru bukan
dengan sekedar pemahaman bahwa Dia sanggup melakukan yang terbaik bagi hidup
kita. Tapi saat kita berterima kasih akan kebaikan Tuhan dalam situasi sulit
yang kita hadapi saat ini. Di situ kita sedang mempercayai kebaikan bagi Tuhan.
Saya percaya Tuhan tidak akan tega meninggalkan kita sendirian menanggung
beban, didengarkanNya ucapan syukur kita. Lalu dibereskanNya segala pergumulan
kita dengan cara yang ajaib dan tak terduga. Selamat belajar menaikkan korban
ucapan syukur. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati.
(HambaNya, Okky Rahardjo)
Untuk dukungan doa :
SMS/Tlp :
085645705091 / 082228835933
Inbox :
Okky Tri Rahardjo / Teman Berdoa
Setuju dengan tulisan ini..Tuhan tidak pernah berhutang, Dia hanya inginkan ketulusan hati kita bukan berapa besar yang kita beri..Tuhan tdk pernah tinggalkan orang yg tulus dan setia dalam keadaan apapun bisa bersyukur...Gbu
BalasHapus